Kisah Menarik dari Tulisan “Lima Ratus Meter”

“Lima ratus meter” tertulis di pinggir jalan yang menunjuk masuk ke sebuah kampung kecil. Kampung kecil itu bernama Papin, terletak di pinggir Kota Kefamenanu, ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara. Sinar surya sebentar lagi tenggelam. Namun suara anak-anak kecil nan imut terdengar dengan begitu nyaring dari pinggiran jalan. Tanda tanya mencari tahu suara-suara kecil itu begitu menagih dari mana asalnya. Ternyata berasal dari sebuah Kapela kecil sederhana yang berpelindungkan St Mikhael. Secara teritorial gerejani, Papin termasuk dalam wilayah Paroki St. Yohanes Pemandi Naesleu.

Jumat sore, 21 April 2023, dua orang mahasiswi dari Sekolah Tinggi St. Petrus Keuskupan Atambua yang berlokasi di km 9 jurusan Kupang, satu berkerudungkan kain biru pada kepalanya sebagai seorang biarawati dan yang satunya menjinjing sebuah tas hitam berisikan gitar. Mereka adalah suster Meliana Yogi, PRR dan Maria Stefania Elu. Mereka berangkat ke Kapela Papin untuk mengadakan gladi koor bersama anak-anak SEKAMI di Lingkungan St. Mikhael Papin.

Anak-anak SEKAMI mengumpulkan batu di kali untuk menyumbangkannya dalam pembangunan rumah pastoran Kapela Papin

Sabtu petang, 22 April 2023, Perayaan Ekaristi dimulai tepat pukul 18:00. Kebiasaan di Kapela ini merayakan Ekaristi Hari Minggu berlangsung pada Hari Sabtu sore. Sebelum perayaan dimulai, anak-anak telah berkumpul dan duduk pada tempatnya masing-masing. Telah hadir juga empat mahasiswi yang sudah datang lebih dahulu. Mereka ditugaskan untuk mendampingi anak-anak SEKAMI karena telah mendapat pembekalan sebelumnya di kampus.

Perayaan Ekaristi ini dipimpin oleh Pastor Pembantu Paroki St Yohanes Pemandi Naesleu yakni Rm Kristophorus Ukat, Pr.
Di akhir pengumuman, Rm Kristo, begitu sapaan akrabnya, sangat mengapresiasi anak-anak yang telah menyanyi dengan baik. Tak ketinggalan, semua petugas liturgi lainnya termasuk Lektor, Pemazmur dan Misdinar. Pada kesempatan ini, beliau juga menyinggung tentang betapa pentingnya anak-anak harus berlatih menyanyi mulai sejak dini. Karena notasi sangat berpengaruh pada perkembangan intelek anak.

Minggu, 23 April 2023, hari ini, telah berkumpul lagi anak-anak SEKAMI di Kapela Papin penuh semangat, tepat pukul 09.00 WITA. Anak-anak ini sudah lebih dahulu hadir sebelum para para mahasiswi STP hadir. Ketika para mahasiswi muncul, mereka menyambutnya penuh semangat. Kemudian , anak-anak dibagi ke dalam dua kelompok yakni kelompok yang telah menerima komuni dan kelompok yang belum komuni. Kelompok yang telah menerima komuni didampingi oleh suster dan salah seorang mahasiswi. Kelompok ini bertugas untuk latihan misdinar. Sedangkan kelompok yang belum menerima komuni, bernyanyi, tepuk tangan dan mendengarkan cerita Kitab Suci. 

Ada begitu banyak kegiatan yang dilakukan pada hari Minggu itu. Hal yang lebih menarik adalah aksi cinta dari anak-anak SEKAMI menyumbangkan tenaganya dengan mengumpul batu dari sebuah kali kecil di dekat Kapela demi pembangunan rumah pastoran di Kapela Papin. Kali kecil itu kira-kira lima puluh meter jaraknya. Anak-anak ini begitu bersemangat mengumpulkan batu hingga memperoleh dua tumpuk banyaknya dan menempatkannya dekat rumah pastoran yang akan dibangun itu. Anak-anak bersama para mahasiswa bersatu padu mengumpulkan batu. Aksi ini diharapkan menjadi cerita kecil ketika anak-anak ini dewasa nanti.

Sinar matahari jatuh tegak lurus di atas kepala. Namun anak-anak ini terus bergembira sambil bekerja di bawah teriknya matahari. Semangat ini berkobar karena akan terjadi tarik tambang bagi anak-anak menurut Kelompok Umat Basisnya (KUB) masing-masing, seperti yang dijanjikan oleh kakak-kakak mahasiswa

Anak-anak SEKAMI sedang mendengarkan instruksi menjelang tarik tambang (Dokpri)

Tarik tambang itu menjadi kegiatan paling akhir di hari ini. Perlawanan antara anak-anak dalam lima KUB dengan jumlah anak yang berbeda begitu menyita perhatian peserta. Uniknya, kegiatan ini bukan untuk meraih juara namun hanya untuk bersenang-senang.

Waktu menuju sore, seolah akan mengusir para mahasiswi kembali ke habitatnya di kampus STP St. Petrus Keuskupan Atambua. Perpisahan ini harus terjadi segera. Anak-anak mengiringi kepulangan para mahasiswa dengan memanggil nama kakak-kakaknya itu sambil meneteskan air mata.”Kakak, nanti datang lagi ya. Kami tunggu kedatangannya lagi,” cetus anak-anak mengakhiri pertemuan ini.

One thought on “Kisah Menarik dari Tulisan “Lima Ratus Meter””

Leave a Reply