Oelbosen, sebuah tempat sunyi di pinggiran Kota Kefamenanu. Kira-kira empat belas kilometer dari Ibukota Kabupaten Timor Tengah Utara. Tempat sunyi ini terasa nyaman ketika terdengar kicauan burung dan celoteh anak-anak kecil dari pinggiran kampung tatkala sedang menuntun sapi memasuki kandang di ujung senja. Secara teritorial gerejani, Oelbosen, termasuk dalam wilayah Paroki St. Yohanes Pemandi Naesleu dan secara pemerintahan termasuk wilayah Kelurahan Tubuhue.
Sabtu sore, 15 April 2022, dua orang mahasiswi cantik dari Sekolah Tinggi Pastoral St. Petrus Keuskupan Atambua, bergegas ke tempat sunyi ini. Dua mahasiswi itu bernama Margaretha Anoit dan Aprilia Margareta Habu. Margaretha adalah seorang biarawati dari tarekat SMG. Suster Margaretha dan temannya Aprilia bergegas ke Oelbosen karena mendapat tugas melaksanakan Week End. Week End merupakan praktek pastoral lapangan terkait matakuliah Katekese dengan fokus pada pendampingan anak-anak SEKAMI di berbagai Kapela.
Suster Margaretha dan Aprilia menumpang mikrolet menuju Kapela Oelnitep bersama enam teman mahasiswa lainnya. Beberapa saat setelah tiba di Oelnitep, keduanya melanjutkan perjalanan lagi sekitar lima kilometer menuju Oelbosen. Jalan menuju tempat ini agak menantang karena melewati pertemuan dua kali kecil. Kebetulan cuaca hari ini kurang bersahabat, maka suster dan temannya ini harus menantang alam dengan berjalan kaki menuju Oelbosen.
Hari Minggu, setelah mengikuti Perayaan Ekaristi di Kapela Oelnitep, suster Margaretha dan Aprilia, bergegas kembali ke Oelbosen bersama umat. Di sana suster bersodiak Gemini ini dan Aprilia bermain bersama anak-anak SEKAMI. Permainan ini bernuansa pemberdayaan. Bermain sambil bernyanyi, bernyanyi sambil berdoa, berdoa sambil bekerja, mengisi polibek dengan tanah dan pupuk kandang. Jari kecil anak-anak menggali tanah, suster bergerak mengambil pupuk, Aprilia memasukkan tanah ke polibek menjadi panorama menarik hari Minggu berhias mendung.
Aksi cinta penuh daya seolah didukung oleh alam agar anak-anak bersekolah Minggu penuh ceria. Sementara itu, bapak Antonius Opat, sang Ketua Kelompok Umat Basis (KUB) Oelbosen, menyaksikan aksi ini penuh bangga. Namun di sisi lain, sang Ketua KUB bersama umat Oelbosen seolah tak tega melihat suster dan Aprilia bersama anak-anak bekerja. Mereka tak ingin agar busana sang biarawati SMG ini dikotori lumpur dan kotoran ternak. Meski demikian, semangat suster dan Aprilia bersama anak-anak tak kunjung surut. Puluhan polibek berukuran besar diisi satu per satu hingga selesai. Polibek-polibek ini akan menjadi tempat persemaian anakan sirih.
Minggu Gembira seceria wajah anak-anak Oelbosen. Senyum bangga terpancar juga dari wajah umat 26 KK yang bermukim di sana. Minggu Gembira anak-anak membawa cerita bangga bagi para orang tua. “Suatu ketika, kami akan membangun Kapela kecil di tempat kami ini dengan bermodalkan sirih yang ada. Polibek untuk anakan sirih ini akhirnya membuat kami di sini bisa bekerja sama dalam KUB mulai dari anak-anak hingga orang dewasa”, kata Ketua KUB penuh bangga.
Suster kecil kelahiran Lurasik, 10 Juni 1997 ini mengungkapkan isi hatinya setelah bermain, berdoa dan bekerja bersama anak-anak bahwa “Saya senang sekali dan tergerak hati serta berinisiatif untuk bekerja bersama mereka tanpa harus takut berhadapan dengan alam yang menantang ini. Saya gembira karena bisa diterima oleh umat di sini sekalipun jalan ke sini harus melewati banjir di kali.”
Suster Margaretha dan Aprilia menyadari bahwa inilah katekese yang nyata. Seorang katekis selain berkatekese agar anak-anak dan umat semakin beriman kepada Yesus Tuhan tetapi juga mengarahkan anak-anak dan umat merasakan kehadiran Tuhan lewat pekerjaan hariannya dengan sanggup bersahabat dengan alamnya. Anak-anak harus bergembira menemukan Allah lewat alamnya. Membangun Gereja tidak hanya secara fisik tetapi harus sampai menyentuh seluruh aspek kehidupannya termasuk meningkatkan kesejahteraan umat dan ekonomi keluarga dengan berani menghargai alam sekitarnya.
Sore menjelang tiba serentak mengusik indahnya Minggu Gembira penuh daya ini. Aprilia mempersiapkan tas berisi barang-barang agar bisa segera pulang. Sementara alam semakin tak bersahabat. Hujan lebat mengguyur seantero jagat Oelbosen. Sementara di emperan rumah, beberapa umat berceloteh girang tentang persiapan lahan sirih dan target 1000 polibek berisi anakan sirih yang akan ditanam di pinggiran kampung kecil ini.
Ayunan langkah kedua putri Santo Petrus perlahan meninggalkan kampung kecil penuh cerita. Beberapa ibu dan perempuan muda serta anak-anak turut serta mengiringi perjalanan suster dan Aprilia menuju jalan umum melewati banjir di kali. Derasnya banjir tak membawa pergi aksi cinta penuh daya yang telah bersemi di kampung kecil Oelbosen. Lambaian tangan suster Margaretha dan Aprilia dari atas mobil memisahkan pertemuan singkat penuh makna ini. Kenangan ingat, lupakan jangan.
Kreator: Kristo Ukat